Senin, 22 Juli 2013

Teror #1

Anomali cuaca memang membingungkan. Hari cuaca sangat panas menyengat. Aku menunggu kevin di depan kantor. Dia berjanji menjemputku. Dia melarangku pulang sendiri, ya sudahlah aku menuruti permintaannya. Aku menunggunya di sebuah pos satpam kantor.
    " Eh neng Puspa, nunggu jemputan ya?" Tanya pak Somad, satpam kantorku. Ia membawakan kursi untukku. " Eh, iya pak, bapak kok repot-repot sih?" Jawabku pada pak Somad yang selama ini memang baik padaku. Ia hanya tersenyum saja. Dan kembali ke dalam pos.
    Aku memperhatikan jalan raya yang ramai lalu lalang kendaraan. Sesekali melirik ponsel yang sedari tadi ku genggam. Kevin mungkin datang terlambat. Karena tadi sebelum berangkat mengantarku dia bilang akan ada rapat di kantornya. Aku selalu memaklumi semua kesibukkannya.
    Saat aku sedang fokus pada ramainya jalan raya, menunggu Kevin. Seorang wanita muda tiba-tiba muncul di hadapanku. Ia berdiri tepat di depanku, membuatku kaget dan hampir menjatuhkan ponselku sendiri. Usianya mungkin sama denganku atau mungkin lebih tua dia. Dia memakai pakaian yang aneh. Wajahnya mirip orang Turki, apa mungkin ia keturunan orang Turki. Ia menatapku aneh, seperti mengamatiku. Dia berjalan pelan ke arahku.
    " Puspa.." Katanya pelan tapi tegas. Deg, darimana dia mengetahui namaku? Aku belum pernah bertemu dengannya sekalipun. " Darimana anda tahu nama saya? Apa anda mengenal saya?" Tanyaku pada wanita itu. " Ya.." Jawabnya seraya mengangguk. " Mimpi itu, kita bertemu di mimpiku. Ya mimpiku." Lanjutnya. Aku semakin tidak mengerti dengan perkataannya. " Kakimu..kamu cidera saat tabrakan mobil di Bandung satu bulan yang lalu kan? Aku menyaksikkannya sendiri, di mimpiku.!" Lanjutnya sambil memandangi kakiku yang masih terbalut perban dan kayu penyangga tubuh yang ku pegang. Aku mengerutkan dahi. Aneh, mana mungkin dia menyaksikan kecelakaan itu lewat mimpinya? Keringat dingin mengucur deras di dahiku. Trauma akan kecelakaan itu kembali lagi. Aku memegang ponselku erat-erat. Sampai tidak ku sadari Kevin menghapiriku, dan mendekap tubuhku yang mendingin.
    " Puspa, kau kenapa?" Tanya Kevin. Ia terlihat sangat panik. Aku menggeleng, " Ayo kita pulang." Pintaku. Kevin segera membantuku berdiri. Ku lirik sekali lagi wanita itu, tatapannya masih lurus kepadaku. Aku memegang tangan Kevin erat. Sebelum masuk mobil, wanita itu memanggilku lagi. " Puspa, berhati-hatilah" Katanya kemudian. Semakin membuatku takut.
    ***
    Mobil kami sudah berada di teras rumah. Aku masih memikirkan wanita aneh tadi. Kevin nampaknya mengerti ketakutanku. " Puspa, sudah jangan dipikirkan, dia mungkin hanya wanita gila." Kevin memegang tanganku sebelum membantuku turun dari mobil. Aku menatapnya. Ia tersenyum seakan menyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja. " Aku sudah bilang kan kemarin-kemarin, harusnya kamu istirahat dulu, kamu belum sebuh benar." Lanjut Kevin sambil membantuku berjalan masuk ke dalam rumah. Dia begitu mengkhawatirkan keadaanku.
    Aku tersenyum menatapnya. " Kevin, kau akan menjagaku kan?" Tanyaku  seraya menyentuh pipinya lembut. " Kau sudah tahu jawabannya kan? Kenapa masih di tanyakan? Sudah kamu istirahat dulu, aku buatkan teh manis." Kevin meninggalkan kamar. Aku masih duduk di pinggir tempat tidur menghadap ke arah cendela kamar.
    Saat aku akan merebahkan tubuhku. Tiba-tiba wanita aneh itu muncul di depan gerbang rumahku. " Keviiiiin......!!" Aku berteriak sekencang mungkin. Kevin terdengar berlari menuju kamar. " Puspa...! Ada apa??" Kevin langsung mendekapku. " Wanita itu? Darimana dia tahu rumah kita?" Keringat dingin kembali meluncur dari keningku. Kevin masih mendekapku erat. " Tenang sayang, aku akan mengusirnya. Ini minum dulu." Kevin menyodorkan secangkir teh manis hangat. " Jangan kemana-mana, disini saja" Pintaku pada Kevin yang hampir beranjak. Aku memegang tangannya erat. Wanita aneh itu, menatap tajam ke arah jendela kamarku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar